Musik Lokal Sekarang Harus Viral Dulu Biar Kedengeran
Musik Lokal Sekarang Harus Viral Dulu Biar Kedengeran
2025 jadi tahun yang aneh bagi musisi lokal. Banyak dari mereka mengeluh: “Lagu gue bagus, tapi kok gak ada yang dengerin?” Jawabannya singkat: karena belum viral.
📱 Algoritma Dulu, Musik Belakangan?
Di era TikTok, Reels, dan YouTube Shorts, musik bukan lagi soal kualitas semata. Lagu yang dipakai buat konten viral — entah lucu, absurd, atau galau — justru yang paling cepat dikenal. Bahkan beberapa lagu lokal baru mulai diputar di radio setelah trending duluan di TikTok.
Contohnya lagu “Tolong Jangan DM Lagi” yang awalnya cuma iseng-iseng dibikin band rumahan, tapi akhirnya masuk chart Spotify karena dijadikan backsound tren konten “Curhat Mantan”.
🎤 Musisi Lokal Adaptasi Gaya Baru
- Bikin lagu dengan potongan lirik yang gampang dijadikan caption
- Durasi lagu dipendekkan supaya enak buat konten pendek
- Kolaborasi dengan TikToker atau dancer biar bisa viral bareng
Musisi sekarang nggak cuma mikir tentang komposisi dan aransemen. Tapi juga: “Kalau lagunya masuk FYP gak, ya?”
🎧 Tapi Gimana Nasib Lagu yang Dalam?
Lagu-lagu dengan makna dalam, cerita panjang, atau lirik puitis mulai kalah bersaing. Mereka disebut “terlalu berat buat dijadiin konten”. Akhirnya, banyak karya bagus yang tenggelam karena nggak punya nilai viral tinggi.
💬 Reaksi Netizen Campur Aduk
“Sedih sih, lagu sekarang jadi kayak bahan konten aja,” tulis salah satu komentar di X. Yang lain bilang: “Gue suka lagu yang bisa gue nikmatin tanpa harus liat orang nangis-nangis dulu di TikTok.”
Kesimpulan
Di 2025, jadi musisi lokal gak cukup cuma bikin lagu bagus. Harus ngerti pasar, ngerti algoritma, dan ngerti tren konten. Musik sekarang bukan cuma buat didengar, tapi juga buat dijadikan suara background kehidupan digital. Dan kadang, bukan suara terbaik yang terdengar paling keras — tapi yang paling viral.